Rabu, 02 Juli 2014

Kehebatan Alquran

Al-Quran merupakan mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad.
Sifat mukjizat disini tidak sama seperti mukjizat-mukjizat lain yang bersifat sesuatu yang aneh atau diluar kebiasaan seperti mukjizat Nabi Isa yang bisa berbicara ketika masih bayi atau mukjizat Nabi Musa yang bisa meubah tongkat menjadi ular.
Mukjizat Al-Quran terletak dalam kandungannya, sebuah kitab terbaik yang paling sempurna dan tidak akan ada yang bisa menyerupainya.
Berikut beberapa mukjizat Al-Quran yang begitu luar biasa,

Keindahan dan Ketelitian Bahasanya

Demikian pula halnya dengan al-Quran. Masyarakat arab ketika itu mempunyai kehebatan dalam membuat kalimat-kalimat indah, pepatah dan syair atau puisi. Mereka saling berlomba untuk menciptakannya, dan menjadi suatu kebanggaan. Maka mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad adalah pernyataan-pernyataan (firman Allah) dengan kadar keindahan bahasanya yang luar biasa, sehingga tidak mungkin tertandingi, di samping muatan pesan dan perintah yang ada di dalam mukjizat itu—al-Quran. Al-Quran sendiri memberi tantangan kepada siapapun yang meragukan kebenarannya. Bahkan, secara telak ia (al-Quran) telah memastikan ketidakmampuan manusia, juga jin, untuk menandingi keagungannya. “Katakanlah : ‘Seandainya manusia dan jin berhiimpun untuk menyusun semacam al-Quran ini, mereka tidak akan mampu melakukannya, walaupun saling membantu” (QS. 17 : 88)
Di antara aspek utama kemukjizatan al-Quran ada tiga, aspek keindahan dan ketelitian bahasa, isyarat ilmiah dan pemberitaan ghaib. Dari kenyataan di atas, dapat dikatakan, bahwa keunikan dan keistimewaan al-Quran dari segi bahasa, merupakan mukjizat pertama dan utama, karena aspek isyarat ilmiah dan pemberitaan ghaib tidak dapat mereka (masyarakat arab di zaman nabi) pahami kecuali setelah beberapa abad kemudian.
Disadari, untuk memahami mukjizat keindahan dan ketelitian bahasa al-Quran, dibutuhkan kemampuan dan pengetahuan berbahasa arab yang cukup tinggi. Meskipun demikian, kita dapat melihat sisi-sisi lain dari mukjizat al-Quran untuk aspek yang satu ini :

Nada dan Langgamnya.

Ketika membaca al-Quran, maka hal pertama yang dirasakan adalah nada dan langgam dari tiap ayat yang dibaca. Keunikannya dapat dilihat pada ritme dan irama ketika diucapkan. Satu contoh, yang ada dalam surat an-nazi’at: Di saat selesai pada ayat kelima, diteruskan pada ayat selanjutnya, namun dengan nada lain, berbeda dengan lima ayat pertamanya, sehingga tidak terasa adanya suasana bacaan yang monoton. Jika kita membuka lembaran-lembaran al-Quran pada halaman lainnya, niscaya akan ditemukan pula irama-irama ayat dengan keindahan lainnya. Simaklah juga rentetan al-asmaul husna dalam surat al-Hasyr ayat 22-24, dan demikian seterusnya, “al-Quran mempunyai simfoni yang tidak ada taranya, di mana setiap nada-nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita”. Kalimat terakhir ini merupakan ungkapan seorang cendekiawan Inggris, Marmaduke Pickthall dalam The Meaning of Glorious Quran. Penulis ini memeluk Islam sebelum menterjemahkan al-Quran, dan kita tidak dalam sebuah posisi untuk membuktikan apakah ia menulis pengaruh nada al-Quran tersebut sebelum atau sesudah keIslamannya. (Deedat, Ahmed, The Choise, Dialog Islam-Kristen, Pustaka Alkautsar, Jakarta, 1999, hal. 184).

Keseimbangan Kata-Katanya

Tidak ada kata “kebetulan” untuk perimbangan kata-kata yang ada dalam al-Quran ini. Keseimbangan kata-kata tersebut begitu pas dan sama sekali tidak dibuat-buat. Berikut ini kami kutipkan sebagian apa yang telah diringkas oleh Dr. Quraish Shihab mengenai keseimbangan itu.
Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya :
  • Al-hayaah / kehidupan dan al-Maut / kematian masing-masing sebanyak 145 kali.
  • An-naf’ / manfaat dan al-fasaad / kerusakan masing-masing sebanyak 50 kali.
  • A-harr / panas dan al-bard / dingin masing-masing sebanyak 4 kali.
  • Ash-shalihat / kebajikan dan as-sayyiat / keburukan masing-masing sebanyak 167 kali.
  • Ath-thuma’ninah / kelapangan atau ketenangan dan ad-dhiiq / kesempitan atau kekesalan masing-masing sebanyak 13 kali
  • Ar-rahbah / cemas atau takut dan ar-raghbah / harap atau ingin masing-masing sebanyak 8 kali.
  • Al-kufr / kekufuran dan al-Iman / iman masing-masing sebanyak 17 kali (dalam bentuk definite).
  • Kufr dan Iman masing-masing sebanyak 8 kali (dalam bentuk indefinite).
  • Ash-shaif / musim panas dan asy-syitaa’ / musim dingin masing-masing sebanyak 1 kali.
  • Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonim atau makna yang dikandungnya :
  • Al-harts / membajak sawah dan az-ziraa’ah / bertani masing-masing 14 kali.
  • Al-‘ujub / membanggakan diri dan al-ghurur / angkuh masing-masing 27 kali.
  • Adh-dhaalluun / orang sesat dan al-mauta / mati (jiwanya) masing-masing 17 kali.
  • Al-quran, al-wahyu dan al-islam, masing-masing 70 kali.
  • Al-aql / akal dan an-nuur / cahaya masing-masing 49 kali.
  • Al-jahr / nyata dan al-‘alaaniyah / nyata masing-masing 16 kali.
  • Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya :
  • Al-infaaq / menafkahkan dan ar-ridhaa / kerelaan masing-masing 73 kali.
  • Al-bukhl / kekikiran dan al-hasrah / penyesalan masing-masing 12 kali.
  • Al-kaafiruun / orang-orang kafir dan an-naar / neraka masing-masing 154 kali.
  • Az-zakaah / penyucian dan al-barokaat / kebajikan yang banyak mesing-masing 32 kali.
  • Al-faahisyah / kekejian dan al-ghadhab / murka masing-masing 26 kali.
  • Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan penyebabnya :
  • Al-israaf / pemborosan dan as-sur’at / ketergesa-gesaan masing-masing 23 kali.
  • Al-mau’izhah / petuah atau nasihat dan al-lisaan / lidah masing-masing 25 kali.
  • Alasraa / tawanan dan al-harb / perang masing-masing 6 kali.
  • As-salaam / kedamaian dan ath-thaayyibaat / kebajikan masing-masing 60 kali.

Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib

Tentang Reproduksi
Di antara ayat yang berbicara mengenai proses penciptaan manusia, terdapat dalam surat al-Qiyamah dari ayat 37, “Bukankah dia dahulu nuthfah dari mani yang dituangkan (ke dalam rahim), kemudian ia menjadi ‘alaqah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya ? Lalu Allah menjadikan darinya sepasang lelaki atau perempuan ? Manusia dinyatakan berasal dari nuthfah (setetes). Tidak berasal dari seluruh mani yang dituangkan. Ayat ini kemudian tidak bertentangan, alias sejalan dengan kenyataan ilmiah. Bahwa hanya satu sel sperma saja yang mampu membuahi—dari + dua ratus juta benih manusia ini—sel telur (ovum), sekaligus sebagai penentu jenis kelamin di mana sel sperma tersebut memiliki kandungan, yang disebut dengan kromosom. Proses ini bisa kita ikuti secara detail dalam sebuah video “Keajaiban Penciptaan Manusia” karya Harun Yahya,
Tentang Semua Makhluq Hidup Berpasang-pasangan
Bukan hanya manusia yang disebutkan al-Qur’an hidup berpasang-pasangan. Namun semua makhluq selain manusia juga demikian. Allah berfirman: “Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui (QS. Yaasin: 36). “Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat (kebesaran Allah) (QS. Ad-Dzariyat: 49) (Qardlawi, Yusuf, Dr., Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, GIP, 1999, hal 320).
Tentang Kejadian Alam Semesta dan air sebagai sumber kehidupan
Isyarat tentang langit dan bumi berasal dari satu gumpalan, disebutkan, “Tidakkah orang-orang kafir memperhatikan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu yang padu (gumpalan) kemudian Kami memisahkannya dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka juga tidak beriman ?” (QS. 21 : 30) Meskipun ia tidak menjelaskan bagaimana pemisahannya, berita ini dibenarkan oleh observasi para ilmuwan melalui teori ‘big-bang’. Tidak itu saja, Allah kemudian melanjutkan dengan firman-Nya, bahwa air merupakan sumber segala kehidupan. Sesuai dengan apa yang disebut para ilmuwan mengenai protoplasma yang berasal dari laut, yang daripadanya tercipta kehidupan. Dengan kata lain, semua kehidupan berasal dari laut, yakni air!
Tentang Fir’aun
Firman Allah, “Maka pada hari ini, Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran orang-orang (generasi) yang datang sesudahmu. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami” (QS. 10 : 92). Bahwa kebenaran tentang Bani Israil yang menyeberangi lautan bersama Nabi Musa, memang telah diakui. Begitu pula dengan tenggelamnya Fir’aun di Laut Merah ketika mengejar rombongan Nabi Musa yang berhasil menyeberangi laut. Namun tidak ada satu orang pun di masa Nabi Muhammad SAW yang mengetahui menyangkut tetap Utuhnya badan Fir’aun—meski telah ribuan tahun—sebagai pelajaran generasi sesudahnya. Dan ternyata jasad Fir’aun baru ditemukan pada abad ke-18. Dan sampai sekarang pun jasad yang sudah menjadi mummi itu masih ada dan disimpan di Museum Mesir.
Subhanallah! Empat berita ini dan masih banyak lagi, telah cukup memberikan bukti kebenaran firman Allah, karena siapa lagi kalau bukan Allah, zat yang maha mengetahui—tanpa penelitian apapun—lagi maha kuasa—membuat badan Fir’aun tetap utuh? Tentunya masih banyak hal- lain sebagai bukti kemukjizatan al-Qur’an yang belum terungkap dan membuat ummat manusia berusaha menggalinya lebih dalam lagi.
Hanya orang-orang yang beriman (istilah lain bagi ahli dzikr) dan memanfaatkan potensi fikirnyalah yangakan mampu mengambil manfaat yang optimal dari al-Qur’an. Tidak sebagaimana kebanyakan ummat Islam yang hanya bangga dengan kebesaran mukjizat al-Qur’an tanpa melakukan apa-apa, tidak pula sebagaimana orang-orang non-islam yang berhasil melakukan investigasi dan menunjukkan kebenaran al-Qur’an tetapi tidak sanggup mengubah hati mereka untuk beriman kepada Tuhan yang telah menurunkan-Nya. Akhirnya, marilah kita renungkan firman Allah SWT:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam adalah menjadi tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi ulul-albab (orang yang cerdas). Yaitu mereka yang senantiasa berdzikir kepada Allah di saat berdiri, duduk dan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi seraya berkata “Ya Tuhan kami Sungguh tiada yang kau ciptakan ini sia-sia, maha suci Engkau maka periharalah kami dari adzab api neraka”” (QS. 3. 190-191).
Wallahu a’lam
Maraji’
Al-Qur’anul Karim Terjemahan Depag.
Ibnu Katsir , Tafsirul Qur’anil adhim.
Deedat, Ahmed, The Choise, Dialog Islam-Kristen, Pustaka Alkautsar, Jakarta, 1999.
Shihab, Quraish, Dr, Mukjizat Al-Quran, Mizan, Bandung, 1999.
Qardlawi, Yusuf, Dr., Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, GIP, 1999.
Yahya, Harun, Keajaiban Penciptaan Manusia, VCD, NCR

0 komentar:

Posting Komentar